The beautiful of “Negeri Kahyangan” Dieng


Tepat pada tanggal 30-31 Agustus 2014, Dieng yang terletak di antara 2 kabupaten yaitu kabupaten wonosobo dan banjarnegara mengadakan event tahunan yaitu “Dieng Culture Festival #5”. Yap ini merupakan acara DCF yang ke 5.
Waktu itu saya sebenarnya tidak begitu tertarik pergi ke dieng, karena saya sudah memutuskan untuk ikut bersama teman-teman ODOJ ke puncak mahameru. Namun ketika melihat rundown acara yang dibuat panitia ODOJ ini sepertinya saya tidak mungkin bisa ikut, karena saya harus cuti minimal 4 hari kerja dan itu tidak mungkin bagi perusahaan saya.
Akhirnya saya memutuskan untuk tidak ikut dalam pendakian ke mahameru, dan saya harus mengganti acara yang dibatalkan itu dengan acara yang cukup sama. Yes, dieng ! akhirnya saya kepikiran untuk pergi kesana. Tanpa banyak pikir, saya mengontak teman saya (teh puspa) yang juga pergi kesana untuk meminta izin bergabung dengan rekan-rekannya dan juga meminta tolong untuk menambahkan bed kepada kang opik (temannya teh puspa) di sebuah penginapan yang diisi oleh mereka.
Hari sabtu pukul 03.00 saya berangkat dari bandung menuju dieng menggunakan sepeda motor sendirian dengan hanya bermodalkan print an google map. Trek yang saya lewati yaitu menuju jalur selatan , disana kita harus melewati berbagai kota yaitu Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Banjar, Cilacap, Banyumas, Banjarnegara, dan Wonosobo. Cukup cepat saya dalam mengendarai sepeda motor CB150R ini, saya berhenti di daerah Rajapolah , Tasikmalaya untuk sholat subuh. Itu berarti hanya sekitar 2 jam saya sudah sampai di tasik (biasanya sekitar 3 jam). Saya lanjutkan perjalanan, sekitar pukul 06.30 saya sudah sampai di ciamis, lalu melanjutkan ke kota banjar. Jalanan di jawa barat sangat bagus, sangat mulus. Terima kasih kang Aher J . lalu sampailah di provinsi jawa tengah, saya beristirahat di sebuah alfamart sejenak sambil membeli perlengkapan mandi yang lupa saya bawa. Akhirnya saya melanjutkan perjalanan menuju wangon, lalu terus lurus mengikuti arah ke purwokerto. Di daerah wangon saya sarapan , sambil meregangkan kaki dan beristirahat sejenak karena di jalan tadi cukup mengantuk , sambil bertanya-tanya jalur menuju purwokerto. Akhirnya singkat cerita saya sampai di purwokerto. Dan bertanya-tanya lagi arah menuju wonosobo, dan ternyata saya salah jalan! Harusnya kalau mau ke wonosobo tidak usah melewati purwokerto, cukup lurus terus lewat banyumas. Dan saya pun harus memutar balik motor saya dan melanjutkan perjalanan menuju wonosobo. Sampai akhirnya saya melewati banjarnegara , dan lurus terus sampai ke wonosobo. Saya pikir dieng itu jaraknya dekat dengan wonosobo, ternyata sekitar 1-2 jam lagi dari kota wonosobo menuju dieng.

Gerbang Dieng

        Sampailah saya di dieng sekitar pukul 13.00 sekitar 10 jam perjalanan bandung-dieng, dan langsung mengontak kang opik sebagai pemimpin di travel itu. Akhirnya kita bertemu di telaga warna. Saya akhirnya bergabung dengan rombongan kang opik itu.

Telaga warna
Meskipun cukup lelah perjalanan sendiri menggunakan motor bandung-dieng, namun rasa lelah saya terbayarkan oleh keindahan-keindahan alam dieng. Luar biasa, subhanallah. Saya berkeliling-keliling tempat  wisata dieng bersama rombongan travel kang opik, mulai dari telaga warna,dieng plateau theater,kawah candradimuka, kawah sikidang,dll. Malam pun tiba, saat itu adalah acara favorit saya, “Jazz atas awan” di candi arjuna. Akhirnya kami pun bersiap-siap menuju candi arjuna dengan berjalan kaki (kendaraan kami titipkan di homestay).
Luar biasa, sekitar 25000 orang dari berbagai daerah datang ke dieng untuk mengikuti DCF ini, acara pertama di mulai dengan menaikkan lampion-lampion. Sangat indah, lampion-lampion tiap orang di terbangkan beserta harapan-harapan dan doa-doa yang mereka panjatkan kepada Tuhan.


Setelah itu, acara sabtu malam ditutup dengan konser jazz atas awan sampi pukul 24.00 malam. Kami pun pergi ke homestay dan istirahat !
Konser jazz atas awan
Hari minggu, pukul 04.00 saya bangun dan segera bersiap-siap menuju bukit sikunir untuk menyaksikan salah satu kuasa Allah, yaitu sunrise. Karena teman-teman saya pergi ke sikunir nya pada hari sabtu, maka saya pun harus rela pergi sendiri menggunakan motor menuju sikunir. Suhu nya sangat dingin ketika itu, bahkan tangan saya sampai kaku, sekitar 0’celcius menurut salah seorang pengunjung lain. Dengan sedikit memaksakan saya pergi ke bukit sikunir. Ternyata banyak sekali pengunjung yang pergi kesana. Sampai harus rela mengantri macet, dan ketika sampai disana harus rela berdesak-desakan dengan pengunjung lain.
Alhamdulillah,subhanallah, saya bisa menyaksikan sunrise di gunung sikunir, meskipun sebelumnya harus mendaki menuju puncak sikunir, tapi terbayarkan oleh keindahan-keindahan alam sikunir. Mungkin inilah kenapa dieng disebut negeri kahyangan, selain memang karena kisah2 para dewa yang pernah ada di sini, di dieng pun kita dapat melihat awan seperti di bawah kita. Luar biasa ! hanya itu kata yang bisa saya ucapkan. Ternyata manusia hanyalah bagian kecil dari kehidupan ini. Panataskah kita untuk sombong ? sedangkan diluar sana masih ada makhluk-makhluk Allah yang lebih besar dari kita, lebih taat dari kita, dan tidak mungkin “menghancurkan” dunia seperti yang manusia lakukan. Akhirnya setelah merenung sejenak dan juga berfoto-foto ria, saya kembali ke homestay.
Sunrise Sikunir
Karena memang salah satu tujuan saya menuju kawah sikidang dan juga bukit sikunir, maka saya pun cukup puas bisa mengunjungi keduanya di dieng ini. Meskipun hari minggu itu banyak sekali kegiatan di acara DCF, namun saya memutuskan untuk kembali ke bandung. Sekitar pukul 09.00 pagi saya pulang dengan motor CB saya menuju bandung, dan sekitar pukul 17.30 saya sudah sampai di bandung.
Alhamdulillah.. benar-benar pengalaman pertama saya touring menggunakan motor sendirian ke luar provinsi tanpa tahu arah jalan. Semoga cerita perjalanan saya bisa menginspirasi anda..



See u next time J